My Coldest CEO

100| End?



100| End?

0Keluarga yang harmonis adalah dambaan setiap orang yang memiliki keluarga kecil, termasuk Felia dan juga Leo. Mereka sudah membesarkan seorang Ard dengan daya pikir cepat dan cemerlang, sudah masuk ke sekolah dasar dan selalu mendapatkan nilai A bahkan tak luput juga dari nilai A+ pertanda sangat sangat baik.     

Memiliki banyak teman, tentu saja bukan karena ia adalah seorang anak dari Leonardo Luis namun karena kepandaian berbicara dan membuka topik pembicaraan yang sangat hebat.     

Banyak juga para gadis kecil yang mendekatinya dengan genit, namun sepertinya sifat Ard menyerupai sang kakak, Vrans Moreo Luis. Tidak minat dengan cinta para wanita yang mengejar-ngejar dirinya.. memang pesona turun temurun sih padahal Leo termasuk laki-laki yang suka sekali bergonta-ganti pasangan.     

"Bagaimana sekolah mu? apa seru dan bekal makan siangnya sudah habis kan?"     

Pertahanan umum yang biasa di lontarkan orang tua kepada sang anak pun terdengar jelas dari suara Felia yang sangat lembut, apalagi tatapannya yang begitu mengisyaratkan sebuah kasih sayang sangat dalam.     

Ard menatap sang Mommy, lalu menganggukkan kepala dengan gerakan yang kelewat semangat. "Iya Mommy! tentu saja bekal lezat buatan mu sudah aku habiskan, dan ya hari ku benar-benar menyenangkan apalagi tadi saat berolahraga bermain sepak bola!" jawabnya dengan riang, menarik sebuah senyuman yang terlihat sangat manis sampai terlihat jelas deretan giginya yang sangat putih bersih tersusun rapih.     

Felia meneliti Ard dari atas sampai bawah, lalu hidung mungilnya langsung berpura-pura mengendus tubuh sang putra lalu mengernyit masam. "Pantas saja bau mu tidak sedap, sayang." ucapnya sambil mengibas-ngibaskan tangan di depan wajahnya, seolah-olah Ard benar-benar bau padahal wanginya saja masih sebelas dua belas dengan seorang bayi.     

Ard membelalakkan kedua bola matanya, ia adalah anak laki-laki yang sangat tidak suka di bilang bau atau semacamnya. Dengan panik, ia langsung saja menurunkan tali tad yang berada di kedua bahunya lalu membuka resleting untuk mencari parfum yang memiliki aroma bayi.     

Setelah beberapa kali di semprotkan ke tubuh, Ard menghela napas lega. "Ah Mommy, terimakasih banyak sudah berkomentar aku sudah tidak bau lagi silahkan di cium." ucapnya dengan nada bicara yang sangat menggemaskan.     

Pada detik selanjutnya, Felia malah tertawa dengan keluguan sang putranya. "Kamu percaya saat Mommy bilang kalau tubuh mu bau?"     

"Percaya, Mommy."     

"Tidak sayang, kamu tidak bau tadi Mommy hanya bercanda saja kok."     

Felia berjongkok untuk menyamakan tinggi tubuhnya dengan Ard, lalu menatap dalam manik mata yang penuh sinar itu. "Kamu anak laki-laki yang baik," ucapnya sambil mengecup pipi kanan Ard. "Kamu anak yang penurut," lalu mengecup pipi bagian kiri. "Kamu anak yang menggemaskan," berlanjut ke kecupan pada keningnya. "Dan kamu anak Mommy yang terhebat." ucapnya sebagai pengakhiran sambil mencubit gemas hidung Ard.     

Sebagai seorang anak kecil, tentu saja Ard sangat senang di puji seperti itu apalagi oleh orang yang paling ia cintai di bumi ini. Dengan senyuman manis, ia menjulurkan jemari kecilnya lalu mencolek hidung mancung Felia. "Dan Mommy adalah Mommy terhebat di hidup Ard!" serunya.     

Lalu tubuh mungil itu mulai berjalan mendekati Felia, dan ya dalam sekali hentakan saja tubuh mungilnya mulai masuk ke dalam dekapan seorang wanita yang biasa di panggil Mommy.     

"Ekhem, bermesraan tanpa Daddy sepertinya tidak terlihat menyenangkan ya."     

Tiba-tiba saja suara bariton yang sudah pasti sangat di kenali mereka pun terdengar jelas, membuat kedua insan yang tengah berpelukan ini pun mengendurkan pelukan mereka dan mulai menatap ke sumber suara.     

Terlihat jelas di sana tubuh kekar Leo yang terbalut tuxedo yang memiliki harga beratus-ratus ribu dolar, tengah melangkahkan kaki ke arah mereka dengan senyuman merekah yang menghiasi permukaan wajah.     

Ard menjulurkan lidahnya, lalu memeluk Felia dengan sangat erat, tidak membiarkan sang Daddy mendekati wanita yang tengah menjadi daya perhatiannya sejak tadi. "Jangan dekat-dekat pada Mommy, atau nanti Daddy aku gigit ya!" serunya dengan nada marah yang justru terlihat menggemaskan apalagi kedua alisnya yang mulai bertautan...     

Leo yang melihat itu pun terkekeh kecil, lalu mengendurkan dasi yang terasa mencekik lehernya lalu di lempar begitu saja untung mendarat tepat di atas sofa karena mereka berada di ruang tamu.     

"Kan Mommy itu istri Daddy, masa kamu yang kuasai sih? curang dong.." ucapnya sambil ikut berjongkok menyetarakan tubuhnya dengan kedua orang yang ia sayangi.     

Felia hanya terkekeh, bisa jadi setelah ini akan terjadi perang mulut seperti kemarin. Tapi tunggu, kenapa jam segini Leo sudah pulang dari tempat kerjanya?     

"Sayang, kok tumben pulang cepat? memangnya kamu gak bekerja, huh? jangan merepotkan sekretaris lagi loh..." ucapnya sambil menatap Leo dengan sorot mata yang menelusur.     

Ard yang melihat itu pun melakukan hal yang serupa dengan sang Mommy, memberikan tatapan yang justru malah menggelikan.     

Leo menggelengkan kepala, merasa tidak terima seperti di interogasi begitu. "Kenapa kalian menatap saya seperti itu? ayolah saya pulang itu ingin mengajak kalian untuk berkunjung, lupa?" jawabnya sambil beranjak dari jongkoknya, ia tidal bisa di tatap seperti itu dan lebih memilih untuk memutuskan kontak mata.     

Mendengar jawaban Leo pun membuat Felia menaikkan sebelah alisnya, ia bingung namun memutar otaknya karena pasti ada yang ia lupakan. Sedangkan Ard? anak laki-laki yang tak mengerti apapun ini hanya memeluk Felia dengan sangat erat, tanpa berniat untuk melepaskannya.     

Menjentikkan jemarinya, akhirnya Felia ingat dengan apa yang Leo maksud akhirnya ia melepaskan pelukan Ard dengan perlahan lalu menatap laki-laki itu dengan sebuah senyuman yang terlihat sangat manis.     

"Apa, Mommy?" tanya Ard dengan kedua bola mata bulatnya yang terlihat lugu, tidak tahu dengan arti tatapan Felia pada dirinya saat ini.     

"Tebak, apa yang spesial sampai Daddy pulang cepat pada hari ini?" tanya Felia supaya membangkitkan ingatan Ard, ia ingin putra kecilnya ini berpikir sebelum dirinya beritahu.     

Ard berpose seperti benar-benar berpikir keras dengan pertanyaan Felia, lalu menjentikkan jemarinya. "Ah aku tahu!" serunya dengan senyuman yang terlihat merekah.     

Pada saat itu juga, Leo maupun Felia langsung menolehkan kepalanya ke arah sang putra. Berharap kalau Ard benar-benar tahu jawabannya, pasti mereka berdua akan sangat senang.     

"Pasti Daddy ingin makan sup ayam buatan Bara, iya kan! yuk Dad sama aku, aku juga lapar."     

Jawaban Ard yang benar-benar terdengar sangat polos itu pun akhirnya terdengar, membuat Felia langsung terkekeh pada detik itu juga. Apalagi Leo yang merasa kalau putranya ini sangat menggemaskan.     

Felia meraih kedua pipi Ard dengan kedua tangannya, lalu mencubit gemas hidung yang mancungnya sangat persis menyerupai Leo. "Bukan itu sayang, kamu mah apa-apa sup ayam seperti tidak ada menu lain saja." ucapnya dengan kekehan kecil.     

"Ya habisnya apa lagi hal yang paling di tunggu-tunggu semua orang selain masakan Bara? tidak ada, Mommy dan ku yakin Daddy juga setuju akan hal itu."     

"Tapi bukan itu, sayang coba tebak lagi." Kali ini Leo-lah yang berucap, tak ayal ia kuga gemas dengan Ard yang kelewat lupa dengan hal-hal penting yang ada di hidupnya memang benar-benar anak laki-laki yang menggemaskan.     

Ard membalikkan tubuh sampai pandangannya bertabrakan dengan milik Leo, lalu lagi-lagi memutar otaknya lalu beberapa detik kemudian kembali menjentikkan jemarinya. "Ah atu tahu! pasti Daddy ingin mengajak ku ke toko mainan, iya kan? ini benar deh sepertinya kalau Daddy ingin mengajak ku ke sana,"     

"Bukan sayang, salah lagi."     

"IH TERUS APA SIH? AKU MENYERAH!" pekik Ard yang sudah hampir ingin menangis, benar-benar tidak bisa menebak dengan pertanyaan yang kedua orang tuanya itu lontarkan.     

Felia dan Leo serempak terkekeh kecil, lalu mulai menatap satu sama lain dan Leo memberikan aba-aba pada wanitanya supaya berbicara.     

"Jadi sayang, ini adalah hari ulang tahunnya Fefe loh kamu lupa?"     

Pada detik selanjutnya setelah mencerna apa yang dikatakan oleh Felia, kedua bola mata Ard membelalak sempurna seakan benar-benar terkejut dengan kebenaran tersebut. "APA?! KENAPA TIDAK BILANG?!" teriaknya sambil kelimpungan berlari ke setiap sudut ruangan.     

"Hei sayang, kita tidak telat kan acaranya itu makan siang pasti--"     

"Ayo Mommy persiapkan aku dengan sangat tampan! aku ingin pandangan Fefe hanya tertuju pada Ard seorang!"     

Felia beranjak dari duduknya, lalu menangkap Ard yang berlari heboh dan segera menggendong tubuh mungil itu. "Iya Mommy akan mandikan kamu dulu ya," ucapnya sambil mencolek hidung Ard lalu mengalihkan pandangannya pada Leo. "Sayang, kamu juga siap-siap sana gih aku ingin bersiap-siap dengan Ard."     

Leo melangkahkan kakinya menuju ke arah Felia, lalu mengambil alih Ard dari dekapan wanita itu dan menurunkan putranya. "Ard, bisa kah kamu ke kamar terlebih dulu? Daddy ingin berbicara sebentar dengan Mommy," ucapnya.     

Tidak ingin mengambil pusing dengan permintaan sang Daddy, Ard segera menganggukkan kepalanya lalu mulai berjalan ke arah deretan anak tangga untuk menuju ke lantai dua.     

Kini tersisa Felia yang tengah menatap heran ke arah Leo dengan sebelah alisnya yang terangkat, ia tidak merasa ada hal yang harus mereka bicarakan tapi kenapa laki-laki itu mengatakan hal yang berlainan? "Kenapa, sayang?" tanyanya.     

Tidak ingin membuang-buang waktu, Leo segera memeluk tubuh Felia dengan sangat erat sampai terasa dada bidangnya menyentuh kedua gunung kembar milik sang istri. "Terimakasih sudah selalu ada Felia, terimakasih banyak." ucapnya dengan nada yang sangat serak.     

"Kenapa kamu tiba-tiba seperti ini dan kenapa... kamu menangis, sayang?"     

"Aku hanya terharu memiliki kamu yang setia berada di sisi saya sampai saat ini, saya... trauma dan kamu memulihkan dengan ketulusan yang teramat besar i love you so much.."     

"I love you too, sayang. Aku akan tetap berada di samping mu sampai akhir hidup ku,"     

Cinta memang dapat membuat sua pribadi berbeda menyatu menjadi satu, membuat hati itu saling mengisi kekurangan satu sama lain dan berakhir bahagianya.     

Kisah ini di mulai dari Leo yang mencari wanita tulus tanpa memandang harta, sampai pada akhirnya ia bertemu Felia yang memang seakan menjadi segala-galanya bagi dirinya. Ia menemukan orang yang tepat, dan selalu menebar kasih dan sayang antar satu dengan yang lainnya.     

Ini adalah akhir, dari perawalan yang sangat tepat. Terimakasih sudah menyimak bagaimana perjalanan mereka, karena Felia dan Leo tidak akan bersatu tanpa takdir yang menemukan. Seperti author yang menemukan pembaca sebaik kalian!     

...     

The end     

Author pamit untuk novel yang satu ini, terimakasih banyak untuk semua dukungannya :red_heart: kalian bisa membaca karya ku yang lain, silahkan mampir ke profil dan melihat-lihat karya ku di sana guys.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.